cak nun."CAK,aku bukan
buron.Semua kewajiban saya kepada keuangan negara sudah saya bayar. Bersama ini
saya kirimkan berkas-berkas data yang membuktikan hal itu.
Saya numpang hidup
sementara di luar negeri memang karena saya lari, tetapi bukan lari sebagai
buron, meskipun pengetahuan publik terhadap saya adalah buron." "Saya
lari dari para pemeras, dari mereka yang berlagak menegakkan hukum, tetapi
sesungguhnya mengail di air keruh.
Memeras kami
sekeluarga terusmenerus, dari hari ke hari, siang dan malam. Aku lemah,
sekarang istri saya yang menghadapi pemerasan-pemerasan itu tiap hari."
"Kalau Pak Presiden menjamin bahwa saya, keluarga, dan
perusahaan-perusahaan saya aman dan terlindung dari tindak pemerasan para pagar
pemakan tanaman, sekarang juga saya balik ke kampung halaman.Karena meskipun
potongan dan wajah saya tidak memenuhi syarat citra nasionalisme,tetapi saya
cinta Indonesia.."
"Cak,Pasar Turi
terbakar sebanyak 4 kali: 1. Tahun 1969, 2. Tahun 1978, 3. Tanggal 26 Juli
2007,4.Tanggal 9 September 2007.Yang ke-3 dan ke-4, oleh Kapolda Jatim,
dinyatakan dibakar. Namun, kami para pedagang tidak atau belum mendengar ada
proses hukum yang menuju ke peradilan atas pihak yang membakar.
Cak,bagaimana logika
konstitusionalnya kalau kepala polisi bilang itu dibakar, tapi kemudian tak ada
proses hukum.Apakah polisi bisa disebut telah menyebarkan kebohongan kepada
publik? Ataukah pihak pembakar adalah kakap raksasa ekonomi dan politik
sehingga lembaga keamanan negara tidak bisa berbuat apa-apa kepadanya?
Bagaimana kami orang kecil memasukkan hal seperti itu ke dalam nalar kepala
kami? Apa lama-lama tidak pecah kepala ini?"
"Pada peristiwa
dibakar terakhir, kerugian yang bisa dicatat : 1. Dari total 2.350 stan yang
terbakar, kerugian barang dagangan diperkirakan sekitar Rp1,7 triliun. 2. Dari
total stan yang tidak terbakar, di lokasi tahap II tidak dapat berjualan
kembali hingga saat ini. 3. Dalam kondisi normal, omzet perputaran transaksi
perdagangan di Pasar Turi mencapai sekitar Rp30 miliar per hari. Sementara
dalam kondisi pemulihan yang sangat lamban seperti saat ini dan telah
berlangsung selama tiga bulan, dapat dibayangkan berapa rupiah yang
hilang." *****
"Cak,kami para
pedagang tidak menuntut yang aneh-aneh. Cak Nun mengatakan di Forum Bangbang
Wetan Surabaya bahwa sahibul bait atau tuan rumahnya sawah adalah petani, tuan
rumahnya laut adalah nelayan, tuan rumahnya pasar adalah para pedagang. Kami
hanya berpendapat bahwa sebagai penghuni dan tuan rumah utama di Pasar Turi,
kami berhak disertakan sebagai salah satu subjek dalam proses pengambilan
keputusan atas pembangunan pasar kembali oleh Pemkot Surabaya."
"Tetapi sampai
hari ini, Wali Kota Surabaya Bambang DH tidak mau sekadar bertemu atau bertatap
muka pun dengan kami para pedagang. Jangankan melibatkan kami dalam
perundingan. Saya mendengar Cak Nun mencoba menempuh berbagai hal ke Depdagri
sampai Mendagri, agar hak-hak pedagang itu memperoleh perhatian, tetapi tidak
ada tanggapan apa pun.
Bahkan, pejabat
Depdagri minta kami para pedagang membuat surat lamaran agar beliaubeliau hadir
ke Pasar Turi.Cak Nun mengatakan kalau ada kambing terjepit di antara dua batu
besar, mestinya pamong desa punya mekanisme untuk tahu ada kambing terjepit,
kemudian bersegera melakukan sesuatu untuk menolong kambing itu. Tetapi di
Indonesia kambing terjepit harus menulis surat lamaran agar pamong desa datang
kepadanya."
cak nun.
"Cak, saya
mendengar katanya Wali Kota Surabaya pernah dipanggil Presiden di Juanda,
dipertemukan dengan wakil pedagang Pasar Turi, tapi sang Walikota tidak hadir.
Apa itu artinya Cak? Presiden tidak punya kuasa atas Walikota? Ataukan ada
aturan Otonomi Daerah yang memberi peluang kepada pejabat daerah untuk
menangani sesuatu secara mutlak dan tak bisa dicampuri,bahkan oleh
Presiden?"
"Cak,
perwakilan pedagang sudah dua kali berusaha untuk bertemu Wali Kota Bambang DH
tetapi tidak pernah diterima. Ada yang menganalisis bahwa SBY tidak mampu
melakukan apa-apa atas Pasar Turi karena kunci-kunci di strata bawahnya di
Depdagri sampai Pemkot Surabaya semua dari parpol saingan parpol Presiden.
Sehingga semacam ada aroma konspirasi politik sangat menyengat sekali untuk
menjatuhkan wibawa dan kekuasaan pemerintahan SBY.Apa itu masuk akal atau tak
masuk akal,Cak?" *****
Yang paling bahaya
dari SMSSMS yang saya terima semacam itu adalah karena membuat saya bergairah
makan. Kenapa bahaya? Kata anak saya, ada seribu alasan kenapa orang minum air
putih dan di antara 1.000 alasan itu di bawah seratus yang relevan terhadap kesehatan.
Kalau kita berkunjung ke kantor bupati dan disuguhi air putih, maka kita minum
air putih.
Air putih itu sehat,
namun pada momentum itu kita teguk air putih tidak dalam skala pertimbangan dan
desain kesehatan. Kalau gara-gara SMS-SMS banjir tiap saat, saya lantas merasa
lapar lagi dan lapar lagi, maka saya ketemu makanan karena kompensasi
psikologis, bukan tirakat kesehatan, dan itu bahaya bagi badan saya jangka
panjang.
Kalau SMSSMS harian
sekadar minta nama bayi lahir tiga sampai empat kali seminggu, suami punya
masalah serius dengan istri atau sebaliknya, keluhan tentang lapangan kerja,
minta modal, problemproblem rumah tangga, stres, gelisah, bingung menentukan
pilihan, atau apa pun masalah manusia sehari-hari, saya masih belum terangsang
untuk makan.
Tetapi kalau masalah
yang di- SMS-kan begitu gede-gede: masalah Lumpur Sidoardjo yang sekamnya makin
membara dan tak sampai setengah tahun lagi akan bisa ada yang terbakar kalau
pemerintah, Lapindo, dan korban lumpur tidak menemukan pemandu yang tepat untuk
mengatasi benturan mereka..
Kalau yang
di-SMS-kan adalah potensi bentrok ribuan tani sawit di Bangka, tanah ratusan
hektare penduduk yang dipakai negara dan sampai 23 tahun belum dibayar, dan
kalau semua itu coba saya tolong dengan menjumpai betapa pejabat dan birokrasi
negara kita hampir sama sekali tidak memiliki logika tanggung jawab, dialektika
moral, kepatuhan konstitusi,maka sungguh-sungguh saya khawatir akan makan
berlebihan dan besok paginya, tatkala bangun, akan muncul pikiran tertentu di
kepala saya.
Pikiran-pikiran yang
selama bertahun-tahun saya pendam dalam kolam kearifan,saya simpan di laci
kesabaran, saya sembunyikan di balik kerudung cinta, namun akhirnya tak mampu
lagi saya meneruskannya.
cak nun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar